LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU BEDAH UMUM VETERINER
LAPAROTOMI
oleh :
Habyb Palyoga 105130101111089
Adinda Darayani A. 105130101111090
Istiana Hidayati 105130101111091
Ulfa Septiana 105130101111093
Yusrina Suhartiningsih 105130101111094
PENDIDIKAN KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- Judul Praktikum
Laparotomi pada Kucing
- Tujuan Praktikum
Untuk menemukan letak anatomis atau orientasi dari organ-organ viscera yang ada di dalam rongga abdomen secara langsung dan sekaligus dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa serta mengasah kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan bedah laparotomi.
- Tinjauan Pustaka
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi.( Fossum, 2002)
Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnya pada hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba.
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi.
Tindakan bedah biasa dilakukan untuk menangani kasus – kasus yang terjadi pada hewan kesayangan diantaranya dilakukan di daerah abdomen. Jenis-jenis tindakan bedah yang sering dilakukan diantaranya adalah laparotomi, cystotomi, histerektomi, ovariohisterektomi, kastrasi, caudektomi, enterektomi dan lain sebagainya.
Banyak kasus bedah yang ditangani dengan melakukan tindakan laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior maupun posterior, serta laparotomi flank. Masing-masing posisi memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Pemilihan posisi penyayatan laparotomi ini didasarkan kepada organ target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang terletak di rongga abdomen.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa.
BAB II
MATERI DAN METODOLOGI
- Signalement
- Anamnesis
- Nama : Belle de la Cruize
- Alamat : Perumahan bendungan sutami
- Signalement
- Jenis Hewan : Kucing
- Jenis kelamin : betina
- Bangsa : DSH
- Berat badan : 3,3 kg
- Umur : 2 tahun
- Warna bulu : Two colors (black-white)
- Tanda khusus : ekor pendek
- Alat dan bahan
- Alat
Peralatan yang dipergunakan dalam praktikum kali ini adalah scalpel holder, gunting tajam – tajam, guntinhg tajam – tumpul, pinset anatomis dan cirughis, needle holder, towel clamp, blade, jarum, needle, drepe, tampon, benang operasi (silk untuk kulit dan chromic untuk organ dalam).
- Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain premedikasi, yaitu Atropin. Bahan anastethikum, yaitu Xylazine dan Ketamine. Selain itu juga digunakan alkohol 70%, NaCl fisiologis, tampon, benang catgut, silk, dan antibiotik Ampiciline, dan juga Tolfenamic acid. Hypafix, kasa, kapas, grito.
- Langkah Kerja Praktikum
Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril. Peralatan bedah yang dipakai dalam operasi antara lain empat buah towel clamp, dua buah pinset anatomis dan syrorgis, satu gagang scalpel dan blade untuk menyayat kulit, dua buah gunting untuk memotong jaringan atau bagian organ lainnya, empat arteri clam untuk menghentikan pendarahan, dan satu buah needle holder.
Alat-alat bedah
Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan diposisikan di bagian tengah
Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh
Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk memudahkan pada saat membuka
Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100°C selama 60 menit.
Penanganan dan penyimpanan alat bedah
Peralatan dikeluarkan
Peralatan didinginkan dan dikeringkan dalam rak
Peralatan ditempatkan dibagian tengah
Setelah kering, disimpan dalam tempat yang tidak berair dan berdebu serta terlindung dari kontaminasi
Disimpan dalam ventilasi yang mempunyai sirkulasi udara yang baik dan terkena cahaya
Pembukaan alat bedah yang sudah steril
Kain dibuka dari bagian yang diselipkan
Peralatan diletakkan di atas meja
Operasi
Sebelum hewan dioperasi dilakukan pemeriksaan fisik telebih dahulu untuk mengetahui keadaan normal hewan. Sepuluh menit sebelum dioperasi, hewan diberikan premedikasi atropin dengan dosis mg/kgBB,diverikan dengan rute sub cutan.
Premedikasi
Atropin sulfat
Jumlah pemberian=(berat badan ×dosis aplikasi )/(kandungan sediaan)
Jumlah pemberian=( 3,3 kg ×0,04 mg/kgBB )/(0,5 mg)=0,264 mL
Setelah itu hewan diberikan anastethikum atropin dan xylazine dengan rute intra muscular.
Anastetikum
Xylazine HCl
Jumlah pemberian=(berat badan ×dosis aplikasi )/(kandungan sediaan)
Jumlah pemberian=(3,3 kg ×2,2 mg/kgBB )/(20 mg)=0,363 mL
Ketamin
Jumlah pemberian=(berat badan ×dosis aplikasi )/(kandungan sediaan)
Jumlah pemberian=(3,3 kg ×10 mg/kgBB )/(100 mg)=0,33 mL
Operasi dilakukan setelah hewan teranasthesi. Bagian abdomen hewan dicukur kemudian didesinfeksi menggunakan alkohol 70% dan povidone iodine. Penyayatan dilakukan pada daerah medianus abdomen tepat di linea alba. Setelah itu dilakukan penyayatan pada kulit menggunakan blade, diikuti penyayatan linea alba, aponeurose m. obliquus abdominis internus et externus, dan peritoneum. Sayatan diperluas menggunakan gunting.
Post operasi
Selama post operasi dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti temperatur, dan frekuensi nafas, nafsu makan, urinasi, defekasi serta kondisi luka. Dilakukan pemasangan infuse pada kucing, dikarenakan selama operasi kucing mengalami dehidrasi dan perdarahan. Infuse tetap diberikan hingga + 3 jam post operasi karena kondisi kucing masih belum stabil. Antibiotik amoxicillin diberikan selama sehari 2 kali selama 5 hari dengan dosis 2,64 mL secara per-oral. Selain itu diberikan Tolfenamic acid dengan dosis 0,165 mL secara subcutan.
Amoxicilin
Jumlah 1x pemberian=(berat badan ×dosis aplikasi )/(kandungan sediaan)
Jumlah 1x pemberian=(3,3kg ×20 mg/kgBB )/(25 mg)=2,64 mL
Tolfenamic acid
Jumlah 1x pemberian=(berat badan ×dosis aplikasi )/(kandungan sediaan)
Jumlah 1x pemberian=(3,3kg ×4 mg/kgBB )/(80 mg)=0,165 mL
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prosedur operasi
Operasi yang dilakukan operator pada saat praktikum adalah laparotomi medianus central, yaitu suatu tindakan penyayatan abdomen yang dilakukan 1 cm anterior umbilical sampai 3 cm posterior umbilical. Penyayatan abdomen yang dilakukan tepat dibagian tengah mempunyai maksud mempermudah eksplorasi organ-organ yang berada baik di sebelah anterior maupun posterior dari tempat penyayatan. Namun terjadi kesalahan lokasi penyayatan oleh kelompok kami, dikarenakan banyaknya pembuluh darah yang dijumpai pada lokasi penyayatan yang seharusnya. Sehingga lokasi penyayatan berada jauh dari daerah medianus central dari regio abdomen, yakni lokasi penyayatan terlalu bawah hingga mendekati regio caudal.
Sebelum dilakukan operasi, kucing diperiksa secara umum untuk mengetahui suhu, frekuensi jantung dan frekuensi nafasnya. Kemudian kucing diberi preanaesthesi dengan atropin sulfas untuk mencegah muntah saat operasi, karena atropin menyebabkan blokade reversibel kerja kolinomimetik mempenaruhi motilitas usus, bronkodilatator, dan mencegah terjadinya hipersalivasi. (Katzung, 2001) Setelah diberikan preanaesthesi maka diberikan anaesthesi berupa ketamin 10% dan xylazine HCl 2%.
Setelah teranestesi, maka dilakukan penyayatan pada kulit, linea alba, aponeurose m. obliquus abdominis internus et externus, serta peritoneum pada abdomen, pada saat dilakukan penyayatan terjadi sedikit pendarahan hal ini dikarenakan lokasi penyayatan yang kurang tepat pendarahan dapat diatasi dengan membersihkan darah menggunakan tampon dan pada saat penguakan dilakukan, lapisan yang terlihat hanya sampai pada lapisan musculus sedangkan lapisan peritoneum tidak dapat terlihat. Asumsi dari kelompok kami hal ini terjadi dikarenakan lokasi penyayatan yang salah.
Selama proses pembedahan berlangsung muncul gerakan yang menandakan kucing mulai sadar dari anestesi, sehingga perlu adanya penambahan xylasin dengan dosis sebanyak seperempat dosis awal.
Selanjutnya kelompok kami tetap berusaha menemukan lapisan peritoneum. Namun lapisan tersebut tetap tidak dapat ditemukan. Hal ini terjadi kemungkinan akibat dari kesalahan posisi penyayatan. Oleh karena itu, perdarahan pada kucing terus terjadi dan mengakibatkan kucing harus segera dipasang infuse (Nacl 0,9 %). Akibat dari kondisi kucing yang terus menurun, diputuskan bahwa dilakukan penutupan jaringan dengan segera agar luka pada jaringan tidak semakin parah. Selama proses penutupan jaringan berlangsung kembali muncul tanda kucing mulai sadar dari anestesi, sehingga perlu diberikan kembali xylasin dengan dosis seperempat dari dosis awal. Penutupan jahitan dilakukan kembali untuk mencegah kerusakan jaringan.proses penutupan jaringan yang terlalu lama menyebabkan kucing cepat pulih dari anestesi sehingga pemberian xylasin di berikan sebanyak 7 kali hingga proses penutupan jaringan selesai. Penjahitan dilakukan secara hati-hati, lapisan musculus dijahit kuat dengan jenis jahitan sederhana yakni pola jahitan simple interrupted suture. Benang yang digunakan adalah benang cat gut 3/0 agar dapat diserap oleh tubuh dan jarum berpenampang bulat untuk jaringan yang lunak. Sedangkan lapisan subkutan atau kulit dijahit dengan pola jahitan menerus yakni pola jahitan lock and stitch, menggunakan benang silk dan jarum berpenampang segitiga untuk mencegah jahitan terbuka. Pemberian antibiotik berupa Penicilin tabur dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka jahitan. Terakhir didaerah bekas jahitan diberi betadine. Pemberian antiseptik ini bertujuan untuk mencegah infeksi dan mempercepat pengeringan luka. Bekas jahitan dibalut dengan menggunakan kasa yang telah diberi betadine untuk kemudian ditempel dengan menggunakan perekat hypafix dan untuk menghindari bekas jahitan terbuka akibat dari gigitan atau gerakan kucing maka dilakukan pemasangan grito.
3.2 Perawatan Post Operasi dan Manajemen kesembuhan luka
Pengamatan post operasi menunjukan proses penyembuhan luka jahitan mulai membaik. Pada hari ke-7 post operasi luka sudah mulai mengering. Namun pada hari ke-9 jahitan pada kucing ditemukan sedikit membuka dan ada nanah pada daerah jahitam. Dilakukan pemberian bioplacenton pada daerah jahitan untuk mempercepat proses kesembuhan luka, tidak dipasangi grito pada kucing dan kucing dipasangi colar agar tidak menjilat-jilat daerah jahitan. Pada hari ke-11 luka pada daerah jahitan sudah menutup dan mengering. Sampai hari ke-13, jahitan pada kucing belum dibuka karena kami ingin memastikan luka benar-benar kering dan menutup. Setelah luka benar-benar kering dan menutup, baru dilakukan pembukaan jahitan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laparotomi adalah sebuah tindakan medis yang bertujuan untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa. Pada praktikum ini yang dilakukan oleh kelompok kami adalah laparotomi medianus central, yaitu suatu tindakan penyayatan abdomen yang dilakukan 1 cm anterior umbilical sampai 3 cm posterior umbilical.
Sebelum dilakukan laparotomi, dilakukan beberapa persiapan diantaranya persiapan operator, alat dan bahan instrumen bedah, pasien, serta tempat untuk laparotomi. Persiapan ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah jalannya proses laparotomi. Selain itu dilakukan sterilisasi alat yang bertujuan agar tidak terjadi infeksi mikroba pada pasien dan untuk membantu proses penyembuhan pada pasien.
Setelah dilakukan laparotomi pada pasien (kucing) dilakukan perawatan pasca operasi pada pasien untuk mempercepat proses penyembuhan luka jahitan pada pasien dan juga untuk mengembalikan kondisi pasien ke kondisi awal.
4.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar. Mungkin pada praktikum selanjutnya materi praktikum bedah dapat ditambah. Misalnya dengan melakukan ovarihisterectomi atau kastrasi. Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami ilmu bedah dan lebih melatih skill dari mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham, JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. 3 rd edition. W. B saunders Company : USA.
Darmojono, H. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil) 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Darmojono, H. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil) 2. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Fossum, TW. 2002.Small Animal Surgery. 2nd edition.China: Mosby.
Himawan Sutisna. 1984. Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI Brunner, Sudart. Textbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company.
Katzung, BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta.
Soeparman dkk. 1987. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI.
Suriadi. 2007. Manajemen luka. STIKEP Muhammadiyah. Pontianak.
Tawi, Mirzal. 2008. Proses Penyembuhan Luka. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013 melalui http://syehaceh.wordpress.com/proses-penyembuhan-luka.
Comments
Post a Comment